Foto: Nida Samrotul Puadah, perempuan asal Tasikmalaya lulus jadi finalis Duta Maritim Indonesia Batch 4 Tahun 2025. (doc. pribadi)
Jakarta - Tak semua pejuang maritim lahir di kawasan pesisir. Buktinya, Nida Samrotul Puadah berhasil lulus menjadi finalis Duta Maritim Indonesia tahun 2025. Perempuan asal Tasikmalaya ini menyebut daerahnya jauh dari debur ombak, namun semangatnya menjaga identitas Indonesia sebagai negara maritim sangatlah tinggi.
Bagi dia, diskursus maritim di Indonesia tak sekadar tentang laut dan pelabuhan, tetapi identitas bangsa yang wajib dirawat secara kolektif.
“Kita ini negara kepulauan, laut adalah pengikatnya. Meski saya bukan berasal dari pesisir, saya percaya menjaga maritim adalah tanggung jawab bersama,” tutur Nida optimis, saat dikonfirmasi, Senin, 4 Agustus 2025.
Sebelumnya, Nida telah mengikuti rangkaian seleksi program Sekolah Duta Maritim Indonesia Batch 4 tahun 2025. Ia akhirnya berhasil lulus pada program besutan Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (Aspeksindo) menjadi 40 finalis, yang awalnya bersaing dengan ratusan peserta se-Indonesia.
“Para finalis tidak hanya diuji pengetahuan, tetapi juga ide, inovasi, dan komitmen terhadap ekonomi biru, kedaulatan laut, serta pengelolaan perikanan berkelanjutan,” tutur Nida.
Diketahui, sebelum berhasil meraih status sebagai finalis Duta Maritim Indonesia, Nida telah lama berkecimpung dalam dunia aktivisme, termasuk menjadi volunteer dan edukasi budaya. Kehadirannya di SDMI Batch 4 2025, membawa misi unik, yaitu menghubungkan nilai-nilai kearifan lokal dengan visi maritim bangsa.
“Saya percaya pendidikan dan budaya adalah kunci membentuk generasi yang peduli, sebagai mahasiswa kependidikan saya ingin menanamkan kesadaran tentang maritim kepada teman-teman muda,” jelas dia.
Dalam waktu dekat, ia akan terbang ke Jakarta mengikuti forum SDMI yang akan berlangsung pada 11-18 Agustus 2025. Nida akan mengikuti berbagai pembekalan tentang diplomasi maritim, potensi kelautan, isu lingkungan, dan strategi pembangunan pesisir.
Ia yakin, forum nasional itu tak sekadar jadi media penyampai teori kemaritiman, melainkan upaya Aspeksindo mencetak generasi maritim yang siap bersaing di era global.
“Laut bukan hanya soal pantai yang indah. Laut adalah ruang hidup jutaan orang, jalur ekonomi bangsa, dan benteng kedaulatan. Kita harus menjaganya bersama,” kata Nida.
Terakhir, ia mengharapkan generasi muda lainnya terinspirasi, dan mengambil langkah sesuai dengan potensi masing-masing, khususnya dalam pelibatan diri di sektor maritim. Bagi Nida, semua warga Indonesia harus menjaga keberlangsungan dan masa depan laut.
“Saya lahir di jantung Priangan, tapi percaya bahwa saya berkewajiban mencinta laut, dan menjaganya demi eksistensi Indonesia,” tandas dia.